Tugas Kelompok Teks Sejarah ( Damarjiwa (08), Deajeng (10), Meilina (15), Yoga Ardi (23) )
Pondok
Pesantren Asrama Perguruan Islam, Pondok Pesantren Pertama di Tegalrejo
Pondok Pesantren merupakan
salah satu bentuk saluran pendidikan Islam pertama yang berkembang sejak adanya
proses penyebaran agama Islam di seluruh Indonesia. Selain itu, adanya peranan
ulama dalam proses penyebaran agama Islam di Tegalrejo membuat tekad salah satu
ulama setempat untuk mendirikan pondok pesantren yang hingga saat ini masih
terjaga eksistensinya. Salah satu pondok yang terkenal di Tegalrejo adalah
Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) yang terkenal hingga seluruh
Pulau Jawa dan sekitarnya. Pondok Pesantren ini memiliki salah satu alumni yang
terkenal. Salah satunya adalah Gus Dur yang pernah menjadi santri di pondok
pesantren ini. Sepatutnya jika pondok ini telah dikenal masyarakat.
KH. Chudlori, pendiri Pondok Pesantren
Asrama Perguruan Islam (API) pada tanggal 15 September 1944. Beliau seorang
ulama berasal dari Tegalrejo dan merupakan menantu dari KH. Dalhar
pengasuh Pondok Pesantren ”Darus Salam” Watucongol Muntilan Magelang. Nama pondok
pesantren ini semula tanpa bernama seperti pondok pesantren lainnya. Setelah berkali
– kali mendapatkan usaulan dari rekan – rekannya, pada tahun 1947 pondok ini
telah bernama Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) dimana nama
tersebut berasal dari ide beliau setelah salat istikharah. Dengan nama ini
diharapkan agar para santrinya
kelak di masyarakat mampu dan mau menjadi guru
yang mengajarkan dan mengembangkan syariat - syariat Islam.
Latar
belakang berdirinya pondok pesantren ini berawal dari semangat jihad ”I’Lai
kalimatillah” yang terdapat dalam jiwa
beliau. Kondisi yang memprihatinkan di daerah Tegalrejo saat itu dengan adanya
perbuatan – perbuatan yang dinilai tidak terpuji menurut Islam karena saat itu
mayoritas masyarakat setempat masih menganut aliran kejawen. Sering kali
kegiatan belajar mengajar terganggu akibat perbuatan – perbuatan negatif. Namun
semua ini dapat beliau jalani dengan penuh kesabaran dan ketegaran. Setelah sekian
lama, perkembangan budaya – budaya negatif telah sirna dan perkembangan Islam
terus berkembang.
Saat kedatangan Belanda tahun 1948 pondok ini diserbu “Kles II” dimana bagian gedung API yang sudah ada diporak
porandakan. Sejumlah 36 kitab termasuk Kitab milik beliau dibakar
hangus. Sementara
santri - santri termasuk beliau mengungsi
kesuatu desa yang bernama Tejo kecamatan
Candimulyo. Kegiatan belajar mengajar nyaris terhenti. Pada akhir tahun
1949 situasi terlihat aman beliau kembali mengadakan kegiatan belajar mengajar kepada
masyarakat sekitar dan santri. Sejak itulah API
berkembang pesat seakan bebas dari hambatan, sehingga
mulai tahun 1977 jumlah santri sudah mencapai sekitar 1500-an. Inilah puncak prestasi beliau di
dalam membawa API ke permukaan umat. Akan tetapi, pada tahun ini beliau wafat dan
digantikan oleh putranya.
Selain adanya pondok pesantren, juga terdapat makam KH. Chudlori
pendiri Pondok Pesantren API. Setiap tahunnya pondok ini sering mengadakan
acara besar yang disebut Khataman. Seiring
berjalannya waktu jumlah santri yang berdatangan untuk menuntut ilmu semakin
banyak. Apalagi semenjak pengasuh pondok dipegang oleh KH Chanif CH dan KH
Mudrik CH.